Selasa, 09 Juli 2013

Harga Tiket Indonesia Dream Team VS Arsenal

Inilah Harga Tiket Arsenal vs Indonesia Dream Team
© Arsenal.com

Promotor yang mendatangkan Arsenal ke Indonesia, M-Pro Sports & Entertainment mengumumkan harga tiket laga Arsenal melawan Indonesia Dream Team di Stadion Gelora Bung Karno, 14 Juli mendatang. Bekerja sama dengan RCTI dan Telkomsel, pihak penyelenggara menyediakan 8000 tiket yang dibagi ke dalam 5 kategori.

1. VIP Barat: Rp. 750.000
2. VIP Timur: Rp. 500.000
3. Kategori 1 : Rp. 300.000
4. Kategori 2 : Rp. 200.000
5. Kategori 1 : Rp. 300.000

Tiket sudah bisa dibeli melalui beberapa tiket box mitra panitia penyelenggara seperti indotix.com, kiostix.com, expresslive.co.id dan ibu Dibyo. (prl/mac)

Jersey Baru Manchester United 2014

thumbnail
Manchester United akan tampil beda dengan jersey barunya di musim 2013/2014. Jersey kandang berkerah sudah disiapkan oleh produsen peralatan olahraga asal Amerika Serikat, Nike.

Nike dan MU sudah menjalin kerja sama sejak tahun 2002. Kendati sudah lama, baru ada dua jersey kandang berkerah yang pernah dibuat Nike untuk "Setan Merah".

Yang pertama adalah jersey kandang MU di musim 2010/2011. Sementara yang kedua merupakan seragam home The Red Devils musim depan.

Seperti jersey Nike untuk tim lainnya, seragam MU ini juga menggunakan teknologi Dri-Fit. Berbahan polyster yang berasal dari daur ulang botol bekas, kaus baru Wayne Rooney dkk. cuma seberat 145 gram.

'Ventilasi' di sekitar tubuh yang paling panas, yakni di sekitar bawah ketiak, juga dibuat agar sirkulasi udara lebih maksimal.

Tak hanya itu, jahitan baju berbentuk huruf T di lengan juga dipercaya bakal mampu membantu daya tahan pemain saat beraksi di atas lapangan.

Tak sekadar kerah, Nike memberikan sentuhan motif garis-garis hitam abu-abu di balik kerah. Desain ini disebutkan oleh Bleacherreport akan membawa kembali 'gaya kerah Eric Cantona'.



Beberapa tahun lalu, salah seorang legenda MU, Cantona, identik dengan gaya kerah dinaikan ke atas saat beraksi di atas lapangan.

Pemberian kancing di bagian depan kaus, membuat jersey kandang ini tampak seperti kaus berkerah semi formal.


Mereka Hanya Menuntut Haknya, Tuan

thumbnaildetiksport/Rengga Sancaya
Sejak kapan menuntut hak dianggap sebagai "perilaku memalukan"? Sejak Hinca Pandjaitan dan Joko Driyono kembali jadi pengurus PSSI.

Seperti yang sudah diketahui, beberapa pemain PSMS Medan yang bermain di bawah PT Liga Indonesia beberapa waktu terakhir sedang memperjuangkan haknya di Jakarta, tepatnya di kantor PSSI. Mereka meminta PSSI untuk membantu usaha mereka mendapatkan 10 bulan gaji yang tidak dibayarkan manajemen PSMS.

Saya sempat melihat mereka duduk-duduk sambil membentangkan spanduk di depan kantor PSSI beberapa saat jelang pertandingan Radja Nainggolan cs. Untuk bertahan hidup, mereka bekerja serabutan: dari jadi tukang parkir sampai menjaga toilet umum.

Apa yang mereka dapat? Ancaman sanksi dari Komisi Disiplin.

Simaklah pernyataan yang diberikan Joko Driyono terkait tuntutan pemain-pemain PSMS itu: "Silakan laporkan, tidak perlu semua itu diekspresikan. Itu malah buat malu sepakbola. … Jangan bersikap begitu, main terus meskipun tidak digaji, tapi ujung-ujungnya protes ke PSSI. Kalau mau cinta profesi jadikanlah sepakbola kebanggaan meski gaji tidak turun-turun. Tapi kalau tidak mau tidak digaji, lebih baik setop bermain untuk klub itu, jangan menggadaikan profesionalisme.”(Metrotvnews, 29 Juni 2013)

Pernyataan Hinca Pandjaitan malah lebih menyedihkan lagi: "Kami menilai pemain PSMS itu telah berperilaku buruk. Mereka sudah menyampaikan sesuatu dengan kata-kata kasar secara tulisan. Itu adalah tindakan tidak lazim. Itu tindakan melenceng jauh. Karena itu tidak dalam kategori jalan yang disediakan sepakbola. Pemain tidak boleh mengotori kolomnya sendiri. Menyebarkan informasi buruk. Kami di sini masuk dalam wilayah-wilayah perilaku buruk pemain. Yang mengambil cara di luar mekanisme olahraga."

Saya tidak tahu apa yang dimaksud Joko Driyono dengan "menggadaikan profesionalisme". Saya semakin tidak tahu yang dimaksud Joko Driyono dengan "membuat malu sepakbola".

Dalam bayangan saya, jika seorang pemain ikut kampanye politisi ketimbang latihan itu baru patut diduga "menggadaikan profesionalisme". Dan mana yang lebih memalukan sepakbola Indonesia sebenarnya: pemain PSMS menuntut haknya atau tersiarnya kabar ke dunia internasional ihwal Diego Mendieta yang tak digaji dan harus menemui ajalnya secara mengenaskan dan tak terurus. Joko Driyono pasti tahu Diego Mendieta main di liga yang mana waktu itu.

Menyedihkan rasanya mendengar Joko bisa berkata "jadikanlah sepakbola kebanggaan meski gaji tidak turun-turun”. Pernyataan macam itu lebih tepat diucapkan oleh seorang major di tribun atau pentolan suporter, bukan oleh orang yang bertahun-tahun mengampu jabatan sebagai Chief Executive Officer (CEO) liga, yang dari namanya saja sudah jelas bertanggungjawab [salah satunya] dalam soal aspek bisnis sepakbola.

Saya tambah pusing ketika mencoba memahami pernyataan Hinca tentang "menyebarkan informasi buruk", apalagi untuk pernyataannya tentang "mengotori kolamnya sendiri".

Apakah Hinca ingin agar setiap pemain yang tidak dipenuhi haknya terus hanya duduk diam-diam saja, sampai akhirnya mati dengan sengsara seperti Diego Mendieta atau Bruno Zandonadi? Bukankah "kolam" sepakbola Indonesia itu akan kotor oleh kelakuan lancung pengaturan skor, pemukulan wasit, tim bertanding hanya dengan 7 pemain dan bukan oleh pemain yang menuntut haknya?

Jika Joko Driyono dan Hinca Pandjaitan marah atau merasa malu karena para pemain PSMS berdemo di depan kantor PSSI dan bukan menggunakan "mekanisme olahraga", memangnya "mekanisme olahraga" apa yang sudah diberikan pada Persis Solo versi PT LI yang membiarkan Diego Mendieta mati dengan menyedihkan? Sanksi? Persis Solo versi PT LI ini bahkan dengan mudah lenggang kangkung ikut kompetisi Divisi Utama PT LI musim ini -- sekan mereka tak pernah "mengotori kolam sepakbola" [meminjam istilah Hinca] dan seakan tak pernah "bikin malu sepakbola" [dalam istilahnya Joko Driyono].

Bagi Hinca atau Joko Driyono, "mekanisme olahraga" itu mungkin salah satunya adalah [kembali mengutip Joko] "kalau tidak mau tidak digaji, lebih baik setop bermain untuk klub itu". Lha, memangnya kalau mogok bermain lantas gaji turun? Hampir semua pemain tahu, jika mereka mogok bermain dan kabur dari klub, urusan tunggakan gaji pasti akan lebih sulit lagi diurus.



Orang dengan status media-darling [bahkan sekarang punya media sendiri] seperti Bambang Pamungkas pun sampai sekarang entah apakah tunggakan gajinya sudah dilunasi Persija atau belum begitu melakukan perlawanan sesuai "mekanisme olahraga" ala Joko Driyono ini. Apalagi pemain dari level "anonim" macam pemain-pemain PSMS ini.

Kebobobrokan sepakbola Indonesia dalam 10 tahun terakhir ini memang sudah luar biasa. Maka cara-cara biasa boleh jadi memang tak akan cukup melumerkan hati para pejabat klub atau federasi. Bahkan kematian seorang Mendieta pun tak cukup bikin mereka jera.

Diego Mendieta adalah tugu peringatan: bahwa sepakbola Indonesia pernah melakukan kezaliman yang tak terperi. Dan Mendieta juga kasih contoh pedih bagaimana caranya agar tunggakan gaji dilunasi: mati dulu, tunggakan pasti dilunasi.

Ataukah kita semua sudah lupa dengan Mendieta. Bolehlah kita bertanya, berapa panjang umur ingatan mereka sebenarnya?


===

* Tulisan adalah opini pribadi penulis. Akun twitter penulis @zenrs 

Kamis, 03 November 2011

RD Siapkan Delapan Eksekutor Tendangan Bebas


Tiga hari menjelang laga menghadapi Kamboja diajang SEA Games XXVI, para pemain mulai difokuskan untuk konsentrasi.

Timnas U-23 Sea Games 2011

Menu latihan yang dipimpin pelatih Rahmad Darmawan (RD) pun lebih serius.
Tak hanya melakukan taktik dan strategi, RD juga telah menyiapkan beberapa pemain yang ditugaskan sebagai penendang free kick (tendangan bebas).
Karena, gol bisa saja tercipta melalui sebuah set piece yang baik.
"Kita ada beberapa alternatif pemain, sekitar delapan pemain yang kami siapkan, baik dari kaki kiri, maupun kaki kanan," ujar RD seusai memimpin latihan di Lapangan C, Senayan, Jakarta, Jumat (4/11/2011).
Akan tetapi, RD enggan membeberkan siapa saja yang ditugaskan sebagai penendang dari bola-bola mati ini.
"Masalahnya belum tentu pemain yang saya siapkan itu main. Jadi siapa yang main dialah yang bertugas," tandasnya.
Hal serupa juga berlaku bagi para algojo tendangan penalti. Lagi-lagi untuk urusan yang ini, RD tak mau memberikan dengan jelas siapa pemain yang ditugaskan sebagai penendang.
"Untuk tendangan penalti, dari beberpaa ujicoba itulah gambarannya," tukasnya.

Selasa, 26 Juli 2011

Timnas Kian Dimanjakan Fasilitas


Djohar Arifin
Warna baru coba diberikan PSSI di era Djohar Arifin Husein. Salah satunya perlakuan yang diberikan pada tim nasional PSSI. Saat melawat ke Turkmenistan lalu, para pemain timnas dimanja fasilitas.  Di antaranya pemberian kenaikan uang saku serta fasilitas tiket bisnis selama penerbangan.


"Saya tanyai mereka, berapa uang saku yang diterima selama ini. Setelah tahu, langsung kami naikkan. Begitu juga dengan pemberian fasilitas bisnis. Kami berharap ini bisa naikkan kepercayaan diri pemain. Hasilnya kan nyata di lapangan. Kita mampu tahan mereka di kandangnya," tandas ketua PSSI Djohar Arifin di Surabaya, Selasa (26/7).





Sumber: goal.com

Minggu, 24 Juli 2011

Harga Tiket Indonesia VS Turkmenistan

 PSSI berencana melepas sekitar 64 ribu lembar tiket untuk pertandingan kualifikasi Piala Dunia 2014 antara Indonesia vs Turkmenistan. Tiket dijual dengan harga mulai Rp 30 ribu.
Ilustrasi


Seperti yang diterima detikSport dari rilis media PSSI, ada enam kategori tiket untuk pertandingan yang bakal berlangsung di Stadion Utama Gelora Bung Karno, Kamis (28/7/2011) itu.

Tiket termurah sekaligus dengan jumlah terbanyak adalah tiket kategori III yang dijual dengan harga Rp 30 ribu. Total ada 25 ribu tempat duduk untuk kelas ini.

Berturut-turut, tiket kategori II dihargai Rp 50 ribu dan tersedia 14 ribu lembar tiket. Tiket kategori I dijual dengan harga Rp 100 ribu dan tersedia 17.900 lembar tiket.

Untuk kelas VIP Timur, tersedia 3.500 lembar tiket yang bisa ditebus dengan harga Rp 150 ribu. Tersedia 3.200 tiket kelas VIP Barat dengan harga Rp 250 ribu dan 400 lembar tiket VVIP dengan harga Rp 500 ribu.

Pemesanan tiket bisa dilakukan sejak hari Selasa (26/7) di sekitar SU GBK. Pembeli akan mendapat voucher yang bisa ditukar dengan tiket pertandingan pada Kamis (28/7) pagi.

PSSI juga sedang mengusahakan loket-loket penjualan tiket di luar SU GBK-Senayan. Hal ini dimaksudkan agar calon penonton tidak harus terpaku pada loket di Senayan. Lokasi penjualan tiket itu akan diumumkan segera oleh PSSI.
 
Untuk Anda yang tidak mendapatkan tiket, tidak perlu khawatir karena pertandingan yang kick-off-nya direncanakan berlangsung pada pukul 19.00 WIB itu juga akan disiarkan secara langsung oleh SCTV.



Sumber: www.detik.com

Minggu, 17 Juli 2011

Kalah 1-2, Indonesia U-13 Runner Up

 Tim Yamaha Indonesia gagal mempertahankan gelar juara. "Garuda Muda" harus puas menjadi runner up setelah dikalahkan Thailand I di babak final dengan skor 1-2, Minggu (17/7/2011) sore waktu setempat.

Timnas U-13


Bertanding di Yamaha Stadium, Muang Thong Thani, kedua kubu memperlihatkan pertarungan yang sengit sejak awal.

Indonesia berhasil memimpin 1-0 melalui Aldo Prasetyo di menit 15. Pemain bernomor punggung 13 ini mengeskseskusi tendangan bebas dari jarak jauh nan cantik, hampir sejauh garis tengah lapangan untuk menyarangkan bola ke sudut kanan atas gawang tim lawan.

Thailand yang ketinggalan, meningkatkan serangannya dengan menggempur pertahanan skuad "Merah Putih". Meski begitu, serangan tim lawan belum mampu meruntuhkan "benteng" Indonesia hingga turun minum.

Memasuki babak kedua, Thailand I masih terus melakukan tekanan terhadap Indonesia. 

Malang buat Indonesia, mereka lantas harus kehilangan pemain belakangnya, Muhammad Alfian yang diberi kartu merah akibat dianggap mendorong pemain lawan menyusul terjadinya keributan kecil antarpemain di lapangan.

Dengan 10 pemain, Indonesia mencoba untuk bertahan dengan serangan bertubi-tubi yang terus dilancarkan oleh Thailand I. Akan tetapi tim tuan rumah akhirnya mampu menyamakan kedudukan di menit 56 setelah melanggar pemain tuan rumah di kotak penalti. 

Wasit langsung menunjuk titik putih dan Tanaphat Kathippathee berhasil menjalankan tugasnya dengan sempurna. Thailand I 1, Indonesia 1.

Thailand memastikan diri menggondol gelar juara setelah Kathippathe kembali menjebol gawang Indonesia yang dijaga oleh Panggih Prio Sembodo untuk membalikkan kedudukan menjadi 2-1 tiga menit kemudian.

Dari sisa waktu yang ada, Indonesia lantas mencoba untuk menyamakan skor. Sayang sekali, hingga peluit panjang wasit dibunyikan skor tak berubah dan Thailand berhak atas gelar juara.

Tim tuan rumah berhasil menempatkan satu wakilnya lagi di podium. Tim Thailand II sukses menyabet juara ketiga setelah berhasil mengatasi Vietnam dengan skor 3-1. Indonesia pun kehilangan gelar yang mereka rebut di turnamen yang sama tahun lalu.

Pelatih Indonesia, Rohmat Namung mengaku tak kecewa dengan penampilan anak-anak buahnya yang dinilainya luar biasa. 

"Hasil pertandingan ini anak-anak bermain cukup bagus. Cara mereka bertahan, menyerang sudah sesuai dengan instruksikan oleh tim pelatih," ungkap dia usia pertandingan.



Sumber: www.detik.com